Minggu, 24 Juli 2011

Semua karena dia

         Ini adalah hari pertama aku masuk sekolah. Menurut kata orang masa-masa SMA itu adalah yang paling indah menyenangkan dan nggak bakal bisa dilupain. Tapi emang betul sih menurut aku juga begitu, aku sependapat dengan kata orang. Karena masa SMA ini adalah masa dimana kita mencari jati diri kita sesungguhnya. Sekarang aku sudah mulai masuk di SMA dan akupun mempunyai banyak teman baru. Walaupun aku tidak sekelas lagi dengan teman dekat di SMP ku dulu aku tetap senang bisa beradaptasi dengan lingkungan baru dan aku juga mulai mencari teman baru disini. Dari semua teman yang aku punya hanya ada satu yang menurut aku enak dijadikan teman dekat/sahabat. Setelah tiga bulan, aku di sekolah itu akhirnya akupun memiliki teman yang aku percaya  dan aku anggap dia sebagai teman curhat. Dan aku pun percaya sama dia. Aku sangad dekat dengan nya karena dia tempat curhat dan berbagi keluh kesah diri ku. Aku selalu bercerita masalah pacar ataupun jika lagi ada masalah sama keluarga karena sahabat adalah yang paling mengerti keadaan kita. Dia adalah Lina (teman dekat ku) yang sangat mengerti tentang arti sebuah persahabatan.
Persahabatan kami nggak cukup sampai disini. Aku sering jalan bareng hang out,dan banyak kegiatan lainnya lagi itulah yang sering kami lakukan bersama. Aku sama dia sangat akrab. Dia sering curhat tentang keluarganya sama aku. Begitu juga dengan aku. Kami sama-sama mengetahui tentang keluarga kami berdua. Aku juga sangad  dekat dengan keluarganya Lina begitu pun dengan Lina juga dekat dengan keluarga aku. Jadi aku sering main kerumah lina mengobrol dengan ibu nya. Lina pun juga sama seperti aku. Aku dan Lina saling menjaga rahasia tidak membocorkan rahasia kita. Apabila kami bertengkar, kami tetap tidak akan membongkar rahasia masing-masing yang sudah kami sepakati.
Setelah tiga  bulan kami jalani persahabatan kami, aku dan Lina mulai dekat dengan cowok yang kami suka. Aku punya teman cowok dia punya teman cowok juga. Kami sama-sama dekat sama cowok. Tapi aku tidak mau pacaran, aku ngerasa aku tuh masih kecil. Tapi teman aku ini mulai dekat sama seseorang, dia pun cerita sama aku tentang cowok. Dia bilang “Aku punya teman, dia orangnya putih, ganteng, baik,perhatian trus motornya CBR” Lina cerita kayak gitu sama aku. Aku pun ngerasa gimana ya nanti sesudah punya cowok. Pasti Lina sibuk dengan cowok nya dan urusannya sendiri. Apakah aku sama Lina akan semakin jauh persabatan kita?Aku berfikir gegitu saat itu.
Tapi setelah aku fikir kayak gitu, aku pun tidak mau dekat sama cowok. Biarlah aku dekat sama teman aku sendiri. Walaupun Lina sudah punya cowok, yang penting persabatan aku ama Lina masih berjalan dengan baik. Karena aku ngerasa Lina itu paling baik dan ngertiin aku, waktu aku sedih dia selalu ada maupun senang. Itulah arti persahabatan yang sesungguhnya menurut aku.
Tapi waktu Lina sudah punya cowok, semua orang ngomongin dia. Soalnya Lina itu suka ngerebut pacar orang. Dia juga suka gonta-ganti cwok karena cepet bosen itu sih kata dia. Tapi aku tidak tau benar apa nggak nya, soalnya semenjak Lina dekat sama cowoknya itu baek yang jelas cowoknya itu dibanggakan trus. Tapi pada suatu hari, rupanya cowok Lina itu orangnya nggak sesuai dengan kenyataan sebenernya cwoknya Lina itu galak suka marah-marah. Mulai dari situ persahabatan aku sama Lina mulai renggang, alias berantakan. Karena sejak awal aku sudah peringatkan Lina kalu cowok nya yang sekarang itu nggak baik buad dia. Aku sama dia sering berantem. Tapi walaupun Lina punya cowok. Aku tetap berada disampingnya. Aku selalu ngerasa apa yang dirasakan Lina. Lina senang, akupun ikut senang. Lina sedih ya aku pun ikut sedih.
Lama-kelamaan dia pacaran akhirnya dia putus juga. Dan persahabatan kami makin dekat. Kata Lina“Aku nyesal punya cowok, cowok itu ngeselin, pengecut, nggak ngerti perasaan cewek,semena-mena”. Itulah yang terucap dari mulut Lina sendiri (teman dekat aku sendiri), tapi aku hanya bisa bilang sabar yah kamu pasti bisa dapet yang lebih baik dari sebelumnya lupakan itu semua sudah berlau ini. Karena aku tak bisa ngelakuin apa-apa. Tapi di dalam permusuhan itu aku dan Lina akhirnya tambah dekat. Aku sangat senang dapat teman seperti Lina. Walaupun Lina sedikit cerewet dan menyebalkan, tapi aku senang.
          Hari demi hari terus berganti. Akhirnya kami sudah sampai kesemester 2 kelas satu. Kami sangat senang bisa ujian dan lumayan nilai kami alhamdulilaah memuaskan dan cukup membanggakan hati. Tapi didalam semester ini banyak cobaan yang kami hadapi. Akupun sudah punya cowok, begitu juga dengan dia. Tapi kami selalu cerita tentang semua yang kami jalani. Masalah-masalah yang sering aku hadapi pun aku ceritakan ke Lina. Tapi lama-lama aku sama Lina tidak terlalu dekat lagi. Karena kami punya masalah sendiri, kami tidak mau melibatkan satu sama lain dan jika punya masalah sudah tidak mau terlalu diikut campurin lagi,kami bisa menyelesaikan masalah sendiri.
Sebenarnya aku senang punya cowok. Tapi kadang pacaran bisa buat kita sakit hati. Makanya aku kadang berfikir penting nggak sih sebenernya pacaran?tapi menurut Lina enaknya pacaran itu bisa membuat kita jadi semangad belajar walaupun nggak semuanya itu benar kenyataannya tergantung dari diri kita masing-masing gimana pembawaan cara pacaran yang positif kita. Akupun pacaran bukan karena suka sama cowok ini. Tapi karena aku cuma pengen coba-coba untuk senang-senang aja. Karena dialah pacar pertama aku. Lama sudah pacaran sama dia, akupun merasa tidak ada guna aku pacaran, malah merugikan diri aku sendiri. Aku mulai bosan dengan nya dan mulai menyusun rencana gimana cara memutuskan nya. Akhirnya akupun mutusin dia melalui hp. Tapi katanya dia nggak terima aku putusin. Akupun tambah pusing. Aku cerita sama teman aku dikelas malah semua orang tu nyalahin aku. Aku tambah sedih tapi Lina selalu ada di samping aku, yang selalu mendukung aku. Akupun merasa senang sekali karena Lina masih mau belain aku walaupun aku salah.Tapi pada dasarnya aku itu memang salah.
Karena Lina sudah terlalu baik. Dia selalu membantu aku kalau aku susah. Padahal aku kadang suka nggak peduli sama dia. Aku ngerasa selalu jahat sama dia. Tapi persahabatan aku sama Lina makin dekat lagi. Aku sama Lina kadang berteman, berantem menjauh juga pernah. Kami berantem juga palingan Cuma sebentar dan lucunya kalo lagi baikan ujung-ujung nya pasti ketawa mulu. Kami lucu ya……..ha…..ha…ha…..
Sebentar lagi kami mau ujian, kami harus belajar serius dan konsentrasi, karena ini ujian kenaikan kelas. Tapi aku sama Lina tidak pernah belajar dengan serius. Kami sering bercanda,sering nyontek,jalan-jalan pecicilan jika guru lagi keluar kelas. Kompak banget yah aku ini. Kami duo sahabat yang selalu kompak dimana pun berada hahaha. Guru-guru juga udah tau kalau kami berdua itu nggak bisa diem kalo di kelas. Bukan hanya guru aja yang tau tentang kami, tapi malah semua teman sekelas kami banyak yang ngomongin kami berdua. “Katanya kami orangnya cerewet trus enggak bisa diem suka pecicilan mulu” mungkin orang itu ngomong kayak gitu dan beranggapan seperti itu. Tapi kami berdua nggak merasa seperti itu sih.
Akhirnya kami semua satu sekolah sudah selesai ujian.Sesudah selesai seminggu ujian kami akan mengambil rapor. Kami pun merasa deg deg kan gimana gitu. Kami sekelas ketakutan takut tinggal kelas. He…..he……he…… Hari pengambilan rapor pun datang. Murid-murid dan para orang tua pun berkumpul,walaupun tidak semua murid yang datang karena diwakilkan. Akhirnya kami berkumpul di kelas. Satu-persatu dipanggil oleh wali kelas untuk dibagikan rapot. Sebelumnya wali kelas kami menyebutkan siapa-siapa yang dapat juara. Aku sama Lina senang bila dapat ranking. Seperti nggak percaya kalau ternyata aku sama Lina dapet rangking. Tapi kami senang, akhirnya kami naik kelas dengan nilai yang memuaskan hati.
Sekarang kami sudah duduk di kelas 2. kebahagiaan yang ada waktu kelas satu. Sudah tidak ada lagi. Semuanya sudah hancur. Semenjak Lina pacaran sama anak kelasan dulu pas waktu kelas satu, semua teman-teman aku nuduh aku merebut cowoknya. Gara-gara aku dekat, emang benar sih aku dekat sama pacar Lina yang kelas satu itu. Tapi  cuma sebagai teman itu aja kok. Nggak lebih. Tapi malah orang itu nuduh aku yang aneh-aneh. Padahal cowok Lina ni yang kelas satu itu cuma mau hanya Lina. Tapi sekarang hubungan mereka lagi kurang baik. Dia bilang Lina itu suka apa? trus aku bilang tanya aja sendiri sama dia. Tapi dia nggak mau nanya sama Lina. Mungkin Lina nggak tau Andry sering ke rumah aku cuma mau nanyain Lina. Sangking Andry sayang sama Lina, dia ngelakukan apa aja. Bahkan dimata guru Andry ini orangnya bandel (cowok Lina, Andry). Biarlah Andry  bandel yang penting Lina sayang ama Andry” katanya“. Bahkan Andry  pernah diskor hanya karena Lina. Tapi Lina enggak tau berapa besar pengorbanan Andry  untuk dia. Sampai-sampai dia nuduh aku selingkuh sama Andry, temannya sendiri. Aku ngerasa nggak ada yang percaya ama aku. Aku jadi merasa kesal dengan tuduhan-tuduhan yang nggak bener nggak sesuai dengan kenyataan.
Lina ulang tahun bulan Maret. Aku sama Andry  pun mau ngerencanain beli kue untuk Lina. Andry  pun datang ke rumah aku. Dia bilang, ‘’Ghe,bantu Andry  buat surprise untuk Lina,’’ Kata Andry  sama aku. Baru Andry  ngomong kayak gitu, tiba-tiba teman aku juga datang, aku pun bingung mau ngomong sama siapa, aku ajak bicara aja kami bertiga. Kami bercanda-canda, ketawa-ketawa. Rencana aku dan Andry kayaknya bakal batal. Akhirnya Andry  sama aku enggak jadi buat rencana untuk ultah Lina.
Besoknya, dia pun ngomong di sekolah, pas di dalam kelas trus Lina ada disamping aku. Dia pun cerita waktu Andry datang ke rumahnya aku pun trus ceritaa juga sama dia kalau Andry juga datang ke rumah aku. Lina  pun tambah curiga. Lina marah-marah  sama aku “Ghe, kenapa semalem nggak cerita sama aku kalau Andry datang ke rumah Ghea”. Aku cuma bilang, Andry  ngajak aku ke rumah Lina, tapi aku tidak bisa. Cuman itu alasan aku sama Lina. Lina pun enggak percaya sama aku.
Ultah Lina tinggal tiga hari lagi. Tapi rencananya belum dibuat ama Andry. Jadi aku ngerasa, “Kayaknya Andry ini tidaak jadi beli kuenya, soalnya Andry  nggak ngomong sama aku. Rupanya Andry  sama Lina lagi berantem, tanpa sepengetahuan aku. Walaupun orang itu berantem, aku rencananya sih tetap mau buat  kejutan buat Lina. Dengan duit yang aku sisihkan, aku tetap mau beli kue untuk Lina. Pas dua hari lagi, hari ultah Lina aku udah siap-siap mau beli kuenya. Tapi waktu di sekolah Lina nyamperin aku dan marah-marah sama aku. Dia bilang, “Ini semua gara-gara kamu. Aku berantem sama Andry”. Jadi akupun ngomong, kok aku yang disalahin kenapa harus aku, aku kan enggak ada hubungan apa-apa sama dia. Tapi Lina masih nggak percaya sama perkataan aku. Aku cuman bisa bilang gitu, dan hanya terdiam.
Aku jadinya putus asa buat rencana untuk ultah Lina ini. Aku males, aku benci sama Lina, aku kesel karena tuduhan nya terhadap aku itu jadinya aku ngerasa bersalah. Aku nyesel banget deket sama Andry kalau akhirnya kaya gini.. Tapi semuanya udah berlalu. Aku cuman bisa diam dan tak mau beli kue untuk Lina lagi. Karena aku sakit hati. Pada malam harinya akupun belajar di meja kamarku, aku belajar sambil melihat kalender yang aku tandai (pas besok tanggal 21 hari senin ultah Lina) setelah ku pikir-pikir “aku jadi beli kuenya apa enggak” tapi aku masih sakit hati sama dia karena dia nuduh aku penyebab dia berantem sama Andry, aku nggak terima dia nuduh aku kayak gitu. Dia nuduh sama temannya sendiri yang sudah dia kenal lama. Harusnya dia itu percaya sama aku kalau aku itu nggak kaya gitu. Karena dia kan udah kenal aku dari dulu dan bisa percaya sama semua yang aku omongin itu. Sudah satu tahun aku berteman ama dia. Dia udah kenal sama aku begitu juga aku udah kenal ama dia. Akhirnya aku nggak jadi beli kuenya.

Besok harinya :
Tanggal 21 Maret Lina Ultah.           
Aku pun enggak sama sekali ngucapin ke dia. Pas kami semua uda di kelas, akupun duduk disampingnya. Tapi aku diam aja. Enggak ngomong sama sekali sama dia. Tapi semua teman sekelas aku udah ngucapin met ultah ke dia. Setelah kupikir-pikir kita tu harus saling memaafkan akhirnya aku minta maaf sama dia dan ngucapin met ultah tanpa ngasih apa-apa.
Pas kami keluar main dia pun curhat ama aku. Dia bilang samaku, “Aku sama Andry  sudah putus”. Aku hanya terdiam. Aku tak mau ikut campur lagi urusan mereka berdua. Tapi walaupun mereka berantem, akan tetap berteman sama Andry.  Begitu juga dengan Lina tapi tidak terlalu dekat.
Sesudah Lina putus dengan Andry. Tak henti-hentinya masalah datang menimpa aku. Aku pun punya masalah sama cowok aku. Aku mutusin dia karena aku ngerasa udah enggak cocok lagi dengannya. Tapi dia nggak mau putus sama aku. Tapi aku tetap mau sendiri tanpa dekat sama cowok. Tapi semua orang mengira aku yang macem-macem. Aku cuman pengen bisa dekat lagi sama Lina (yaitu teman dekat aku sendiri yang nuduh aku pacaran ama cowoknya).Aku hanya bisa berdoa semoga Tuhan membuka pintu hati Lina, begitu juga dengan aku agar aku sama dia bisa berteman kembali agar persahabatan kami lebih dekat lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar